FACE TO FACE

Sabtu, 12 Februari 2011

Bacaan : 1 Tesalonika 3:1-13

1Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena.

2Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu,

3supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu.

4Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi.

5Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.

6Tetapi sekarang, setelah Timotius datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan kamu,

7maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.

8Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan.

9Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu, di hadapan Allah kita?

10Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.

11Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.

12Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.

13Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.

FACE TO FACE

Acara televisi itu sengaja dikemas untuk mempertemukan kembali mereka yang akibat kerasnya arus dan badai kehidupan terpaksa berpisah; mereka yang telah lama tak berjumpa dan tak pernah membayangkan bakal bertemu muka. Padahal mereka ialah orang-orang yang punya hubungan dekat. Ibu dan anak kandung; dua saudara kandung; dua sobat masa kecil; ayah dan anak. Bahkan, pasangan suami-istri. Puncak acara yang paling ditunggu adalah saat mereka dipertemukan muka dengan muka. Mengharukan. Raut muka mereka berubah. Bercahaya, seperti orang “hidup kembali”.

Paulus sangat rindu berjumpa lagi dengan jemaat Tesalonika. Hubungan kasih di antara mereka layaknya orangtua dan anak (1 Tesalonika 2:7, 11). Dalam rute pekabaran Injilnya yang kedua, jemaat itu sempat ia layani, tetapi kemudian terpaksa ditinggalkan dalam keadaan tertekan dan teraniaya masyarakat sekitar (ayat 4). Paulus khawatir. Maka, ia mengutus Timotius mengunjungi mereka (ayat 2) dan berdoa agar kelak Tuhan mempertemukan mereka kembali (ayat 10, 11). Sebelum itu terkabul, sekadar mendengar kabar Timotius bahwa mereka baik-baik saja sudah membuat Paulus “terhibur” (ayat 7) dan serasa “hidup kembali” (ayat 8). Apalagi, bila kelak mereka berjumpa muka dengan muka!

Perjumpaan muka dengan muka tak tergantikan oleh media komunikasi jarak jauh mana pun. Itulah puncak kerinduan orang-orang yang saling mengasihi. Jadi, jika Tuhan memberi kesempatan, atur dan sediakan kesempatan untuk berjumpa muka dengan muka dengan orang-orang yang kita kasihi. Dam-paknya besar. Menghibur. Memberkati. Bisa membuat orang serasa “hidup kembali” –PAD

KASIH BERPUNCAK PADA PERJUMPAAN MUKA DENGAN MUKA

UPAYAKAN SEDAPAT MUNGKIN SELAGI ADA KESEMPATAN

Sumber : www.sabda.org

Tinggalkan komentar