Yesus Selalu Mengingat

Shalom…salam miracle…

Jemaat Tuhan di Bethany yang diberkati Tuhan, dalam Mazmur 37:23-24 menyatakan “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak; sebab Tuhan menopang tangannya.

 

Allah adalah Allah yang mampu melakukan segala sesuatu dan tidak pernah akan gagal, sebab Dialah sumber keberhasilan. Tetapi bagaimana dengan kenyataan kehidupan kita yang disebut “anak-anak Tuhan”. Kenyataan dalam kehidupan kita sering menunjukkan kegagalan atau ada saat-saat dimana kita gagal. Yesus tidak pernah gagal, namun Yesus memperhitungkan kegagalan. Itulah sebabnya Ia dengan penuh kasih berkata “apabila ia jatuh, tidak sampai tergeletak; sebab Tuhan menopang tangannya!”.

 

Cobalah bertanya kepada olahragawan atau pelari yang sedang bertanding, dalam beberapa detik bisa membuat kegagalan untuk meraih kemenangan di atas garis finish. Hal ini juga sering terjadi dalam pelayanan seorang pendeta.

 

Suatu kali ada seorang pendeta yang mengakui bahwa telah melakukan yang terbaik yang mampu ia lakukan, ia telah menyemangati jemaat untuk semakin dekat dengan Tuhan dengan tidak meninggalkan persekutuan dan ibadah, melakukan banyak kegiatan kerohanian, namun jumlah kehadiran dalam gereja tidak bertambah atau banyaknya kursi yang kosong. Kemudian ia dikuatkan oleh hamba Tuhan yang lain bahwa yang terbaik adalah telah coba melakukannya, sebab kegagalan sesungguhnya adalah terletak pada tidak mencoba.

 

Dalam pandangan Alkitab yang berasal dari Firman Allah bahwa menang dapat dilihat dalam kesetiaan, ketaatan, dan semangat untuk melanjutkan. Anak-anak Allah memiliki kelebihan yang dunia tidak miliki. “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang oleh Dia yang telah mengasihi kita” Roma 8:37. Kita bukanlah pemenang-pemenang biasa, namun lebih daripada pemenang. Ini memberi kita semangat untuk bergerak maju. Hanya sedikit yang sudah belajar untuk memberi diri mereka hak untuk jatuh dan gagal. Hampir segala sesuatu dalam kehidupan kita berpotensi memiliki kekalahan, kegagalan, ketidakberuntungan. Mengalami penolakan, jatuh, gagal, mencapai tujuan, tidak mencapai target, membiarkan dosa terjadi merupakan suatu tumpukan kegagalan yang dapat menjadi dasar dimana kita dapat dengan semangat untuk mendirikan dan membangun kembali. Kemenangan dalam pengalaman-pengalaman kegagalan dari kehidupan bertujuan meneguhkan kepenuhan kita di dalam Kristus.

 

Allah tidak menjanjikan suatu kesuksesan yang mudah dan penuh. Allah menjanjikan kemenangan bahkan di dalam kehidupan yang gelap.

 

Sebagai hamba Tuhan, Saya menyadari bahwa rencana-rencana dan pemikiran-pemikiran Saya tidak selalu berada dan sesuai dengan waktu yang telah Allah tentukan, “Sebab pikiran-Ku bukanlah pikiranmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku…seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu, dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Yesaya 55:8-9, Saya harus belajar seperti yang Rasul Paulus katakan dan lakukan, “Menawan segala pikiran dan menaklukkan kepada Kristus.” 2 Korintus 10:5.

 

Saya memiliki mimpi dan cita-cita ketika memulai pelayanan penggembalaan 2,5 tahun yang lalu, yaitu membangun Gereja di pinggir jalan di sekitar kota Tarakan, yang mudah dijangkau oleh umat Tuhan. Gereja itu diperuntukkan untuk kemuliaan Tuhan, dan sebuah simbol kepada masyarakat bahwa banyak umat Tuhan berdoa dua puluh empat jam sehari. Saya merasa ada suatu harapan ketika orang-orang melewati gereja di daerah kampung Bugis itu akan melihat Gereja dengan salibnya, dan mengetahui bahwa Gereja itu melambangkan kehadiran Allah. Saya sampaikan mimpi ini kepada pengurus Gereja dan umat Tuhan, mereka senang. Banyak yang memberi dukungan melalui doa dan juga keuangan, sampai saat ini kadang saya terkagum-kagum karena kebaikan Tuhan melalui banyak anak-anak Tuhan yang memberkati, baik dari orang tua, anak muda, bahkan anak-anak sekolah minggu. Bukti bahwa Allah senantiasa ingat kepada umatnya.

 

Saya mengetahui ada seorang anak Tuhan yang telah memberikan persembahan pembangunan gereja, walaupun secara materi/finansialnya di mata kebanyakan orang “bukan orang berada”, namun saya melihat dia memiliki suatu kekayaan yang luar biasa, saya tahu dia dipakai oleh Tuhan untuk menjadi berkat. Saya percaya Tuhan Yesus pasti memberi pertolongan dan hikmat kepada kita semua sampai selesainya pembangunan gedung gereja tersebut.

 

Kitab 2 Samuel memuat kisah rumah impian raja Daud, temannya telah menyediakan tempat yang megah bagi Daud dan keluarganya untuk tempat tinggal. Lalu Daud menyadari bahwa tidak ada tempat bagi tabut perjanjian. Ia bertekad untuk mendirikan rumah “yang jauh lebih indah” bagi Allah. Di dalamnya akan ada tempat yang dirancang khusus untuk tabut tersebut…luar biasa. Ia mendatangkan tukang-tukang terbaik dan merancang menggunakan bahan kuat dan terbaik. Daud membagikan visinya yang indah akan suatu tempat bagi rumah Allah kepada Natan, sang nabi, seorang yang sangat istimewa dan penasehat.

 

Ketika saya memiliki visi untuk membangun gedung Gereja banyak yang memberikan dorongan “Ayo pak maju terus”, “Mari kita lakukan”, “Jangan menyerah Pak…pasti jadi..!”. Karena sempat beberapa waktu yang lalu mengalami kebimbangan terhadap proyek pembangunan ini terutama bagaimana dengan dananya, namun saya percaya Tuhan Yesus selalu ingat akan anak-anak-Nya. Allah sanggup melakukan segala perkara besar dan memakai siapa saja yang Allah kehendaki. Dari hal itu mari dukung doa terus buat pembangunan gedung Gereja dan pelayanan kita.

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua…amien.

 

Gembala Sidang,

Pdt. Ir. Joko Susanto, MA

JANGAN TAKUT GAGAL

Sabtu, 11 September 2010

Bacaan : Kisah Para Rasul 15:35-41
15:35 Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di Antiokhia. Mereka bersama-sama dengan banyak orang lain mengajar dan memberitakan firman Tuhan.

15:36. Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: “Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka.”

15:37 Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus;

15:38 tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.

15:39 Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.

15:40 Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan

15:41 berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.

JANGAN TAKUT GAGAL

Michael Jordan, bintang NBA yang pernah paling populer berkata, “Saya bisa menerima kegagalan karena setiap orang bisa gagal menyelesaikan pekerjaan. Namun, saya tidak bisa menerima mereka yang tidak mau mencoba.” Sekali gagal, tidak berarti Anda telah mati. Akan tetapi, Anda dianggap mati jika telah putus asa. Tak seorang pun mau menerima dan mengharapkan kegagalan terjadi dalam hidupnya. Walau demikian, pada akhirnya kita akan mengalami kegagalan. Sebagian orang menjadi putus asa dan me-nyerah kalah, sementara sebagian orang lagi bersikap tegar dan melihat kegagalan sebagai proses yang mesti terjadi di hidupnya.

Takut mengalami kegagalan hanya akan membuat jiwa kita kerdil dan tak pernah mengalami terobosan-terobosan baru yang dikerjakan Allah dalam hidup kita. Dalam Alkitab, kita menjumpai seorang muda bernama Markus. Ia mengalami kegagalan saat membantu pelayanan Paulus dan Barnabas. Namun, sekalipun ia gagal dan menyebabkan retaknya hubungan Paulus dan Barnabas (ayat 39), ia tak mau berlarut-larut dalam kegagalan itu. Sebaliknya, ia mencoba bangkit dan melihat kegagalan sebagai proses pendewasaan. Itu sebabnya, Markus yang pernah gagal itu dipakai Tuhan untuk menulis salah satu kitab Injil.

Sebagai orang percaya, kita harus melihat kegagalan dengan kacamata positif. Sehingga, kita menjadi optimis dan berani mengadakan perubahan demi kemajuan diri. Mencoba lalu mengalami kegagalan jauh lebih baik daripada seolah-olah tidak pernah gagal karena tidak berani mengambil risiko untuk mencoba. Apakah Anda sedang mengalami kegagalan? Bangkit dan jangan menyerah! –PK

ORANG YANG OPTIMIS SELALU BISA

MELIHAT KESEMPATAN BELAJAR

BAHKAN DARI KESALAHAN DAN KEGAGALAN

Sumber : www.sabda.org

Starting Over with Handel

Bacaan: Mazmur 37:18-24

37:18 TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;

 

37:19 mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan mereka akan menjadi kenyang pada hari-hari kelaparan.

 

37:20 Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap.

 

37:21. Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah.

 

37:22 Sesungguhnya, orang-orang yang diberkati-Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang-orang yang dikutuki-Nya akan dilenyapkan.

 

37:23 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;

 

37:24 apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.

Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk. – Mazmur 145:14

 

Starting Over With Handel

George Frederick Handel mungkin adalah komponis yang namanya tidak seterkenal Mozart atau Beethoven. Namun Anda semua pasti mengenal lagu ‘Halleluyah’, atau lebih tepatnya opera ‘The Messiah’. Lagu ini adalah masterpiece Handel. Seorang penulis biografi Handel menulis, “karya tersebut akan tetap menjadi karya terbesar dalam sejarah penggubahan lagu/musik. Mungkin untuk selamanya”.

Handel sebenarnya sudah mulai terkenal sejak usia 8 tahun. Sejak usia itu ia sudah mahir bermain organ dan pernah tampil di depan Pangeran Frederick III dari Berlin. Bahkan kota-kota besar di Eropa juga pernah disambanginya. Namun nama besar bukanlah jaminan. Karena situasi, Handel kehabisan uang, nyaris bangkrut dan antusias penonton tak lagi berpihak padanya. Itu makin diperparah oleh kesehatannya yang semakin memburuk (terkena stroke hingga tangan kanannya lumpuh). Meski akhirnya bisa disembuhkan, Handel memutuskan untuk pensiun dari dunia musik yang telah membesarkannya.

Empat bulan setelah konser perpisahannya, seorang bernama Charles Jennings memberikan sebuah buku musik kepada Handel. Buku itu ditulis berdasarkan kehidupan Yesus. Tak disangka ternyata buku itu mampu mengubah hidup Handel. Ia pun menulis karya-karyanya lagi. Kreativitasnya mengalir terus menerus selama 21 hari tanpa henti dan dalam waktu tiga minggu itu, ia berhasil merampungkan ‘Messiah’ setebal 260 halaman, dengan bobot karya yang tak tertandingi.

Nama besar Handel sempat menjadi contoh sebuah kegagalan. Namun itu bukanlah penghambat untuk seseorang kembali bangkit dan menjadi sukses. Gagal bukanlah aib, kita bisa berkali-kali gagal, namun apakah kita bisa bangkit lagi atau tidak itu intinya. Mungkin sekarang kita sedang terpuruk akibat sesuatu yang kita lakukan atau alami. Namun dari situ, bukan mustahil akan muncul karya masterpiece kita. Asalkan kita berani untuk memulai lagi dan siap menanggung risiko, sukses tentu akan bisa diraih.