BUKAN SEKADAR BERTAHAN

Minggu, 29 Juli 2012

Bacaan : Yeremia 25:1-14

25:1. Firman yang datang kepada Yeremia tentang segenap kaum Yehuda dalam tahun keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, yaitu dalam tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar, raja Babel.

25:2 Firman itu telah disampaikan oleh nabi Yeremia kepada segenap kaum Yehuda dan kepada segenap penduduk Yerusalem, katanya:

25:3 “Sejak dari tahun yang ketiga belas pemerintahan Yosia bin Amon, raja Yehuda, sampai hari ini, jadi sudah dua puluh tiga tahun lamanya, firman TUHAN datang kepadaku dan terus-menerus aku mengucapkannya kepadamu, tetapi kamu tidak mau mendengarkannya.

25:4 Juga TUHAN terus-menerus mengutus kepadamu semua hamba-Nya, yakni nabi-nabi, tetapi kamu tidak mau mendengarkan dan memperhatikannya.

25:5 Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.

25:6 Juga janganlah kamu mengikuti allah lain untuk beribadah dan sujud menyembah kepadanya; janganlah kamu menimbulkan sakit hati-Ku dengan buatan tanganmu, supaya jangan Aku mendatangkan malapetaka kepadamu.

25:7 Tetapi kamu tidak mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, sehingga kamu menimbulkan sakit hati-Ku dengan buatan tanganmu untuk kemalanganmu sendiri.

 

25:8. Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam: Oleh karena kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan-Ku,

25:9 sesungguhnya, Aku akan mengerahkan semua kaum dari utara–demikianlah firman TUHAN–menyuruh memanggil Nebukadnezar, raja Babel, hamba-Ku itu; Aku akan mendatangkan mereka melawan negeri ini, melawan penduduknya dan melawan bangsa-bangsa sekeliling ini, yang akan Kutumpas dan Kubuat menjadi kengerian, menjadi sasaran suitan dan menjadi ketandusan untuk selama-lamanya.

25:10 Aku akan melenyapkan dari antara mereka suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan cahaya pelita.

25:11 Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya.

25:12 Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu oleh karena kesalahan mereka, juga kepada negeri orang-orang Kasdim, dengan membuatnya menjadi tempat-tempat yang tandus untuk selama-lamanya.

25:13 Aku akan menimpakan kepada negeri ini segala apa yang Kufirmankan tentang dia, yaitu segala apa yang tertulis dalam kitab ini seperti yang telah dinubuatkan Yeremia tentang segala bangsa itu.

25:14 Sebab merekapun juga akan menjadi hamba kepada banyak bangsa-bangsa dan raja-raja yang besar, dan Aku akan mengganjar mereka setimpal dengan pekerjaan mereka dan setimpal dengan perbuatan tangan mereka.”

 

BUKAN SEKADAR BERTAHAN

Bernostalgia di depot soto langganan semasa kuliah, saya kagum dengan bapak yang 20 tahun lalu sudah meracik soto itu. “Kok betah, Pak, kerja di sini?” Dengan sedih beliau menjawab “Yah, gimana lagi mas, saya tidak punya keterampilan lain.” Ah, kasihan betul bapak ini. Sekadar bertahan dalam pekerjaan yang tak disukai, karena tidak tahu hal lain yang dapat ia kerjakan untuk menyambung hidup.

Nabi Yeremia menyampaikan teguran Tuhan kepada bangsanya. Hal itu dilakukannya selama 23 tahun. Jelas bukan kerja yang menyenangkan sebab kebanyakan orang tak suka ditegur. Namun, ia melakukannya terus-menerus (ayat 3). Kata ini dalam bahasa aslinya, shakam, menggambarkan sesuatu yang dilakukan dengan rajin, gigih, dan bersemangat. Yeremia tak sekadar bertahan, ia sadar betul pekerjaannya penting bagi Tuhan. Bangsanya harus ditegur agar bertobat dan tak binasa! Shakam juga dapat berarti bangun pagi dengan sengaja untuk bersiap, misalnya saat akan melakukan perjalanan jauh, berperang, atau beribadah. Tampaknya sang nabi menyiapkan tiap hari dengan berjumpa Tuhan hingga firman Tuhan terus-menerus datang padanya. Ini membuatnya dapat bertahan melewati masa-masa sukar.

Bagaimana kita menjalani pekerjaan dan pelayanan selama ini? Lebih mirip penjual soto di atas atau sang nabi? Hari ini sebagian orang telah kehilangan gairah hidup. Mereka tetap beraktivitas, tetapi tanpa hati. Sekadar bertahan. Mari mengevaluasi tujuan kita bangun dan bekerja tiap hari. Buat komitmen ulang untuk tekun menyiapkan bekal rohani tiap pagi! Mohon Tuhan memberi semangat dan hikmat bagi pekerjaan yang dipercayakan-Nya. –ICW

TANPA TUHAN, ANDA TANPA ARAH, ANDA SEKEDAR BERTAHAN.

BERSAMA TUHAN, ANDA PUNYA SEMANGAT, ANDA DITUNTUN VISI.

PENCURI

Kamis, 23 Juni 2011

Bacaan : Yohanes 10:1-10

10:1. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

10:2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.

10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

10:6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

10:7 Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.

10:8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

 

PENCURI

Pencurian merupakan peristiwa kriminal merugikan yang kerap terjadi di sekitar kita. Pencurian uang, kendaraan, dan harta benda lainnya. Akan tetapi, tidak ada pencuri yang lebih profesional dari Iblis. Cara kerjanya sangat halus dan rapi sehingga banyak orang kristiani yang menjadi target Iblis seakan-akan tidak menyadari bahwa ada begitu banyak hal di dalam hidupnya telah dicuri oleh Iblis. Mereka baru menyadari ketika segala sesuatu sudah habis. Apa saja yang kerap dicuri oleh Iblis?

Kegembiraan: Iblis ingin mencuri sukacita kita. Keyakinan: Iblis ingin kita meragukan Allah. Pendirian: Iblis ingin kita berdiri untuk sesuatu yang kosong. Belas kasihan: Iblis ingin kita menjadi egois, tidak memedulikan orang lain. Komitmen: Iblis ingin kita menjadi orang yang tidak berketetapan hati. Damai sejahtera: Iblis ingin kita hidup dalam kehampaan. Kepastian: Iblis ingin kita meragukan keselamatan yang kita terima dari Yesus. Karakter: Iblis ingin kita tidak bertumbuh dalam Kristus. Kekudusan: Iblis ingin hidup kita tidak layak di hadapan-Nya. Iblis ingin mencuri segala yang baik dari hidup kita dengan cara-cara keji; membunuh dan membinasakan kita (ayat 10) jasmani dan rohani. Ini sangat kontras dengan tawaran Yesus, Gembala kita. Dia datang untuk memberikan hidup (ayat 10).

Apakah hari-hari ini kita kehilangan kasih, sukacita, damai sejahtera, komitmen, keyakinan, karakter Allah, dan sebagainya? Bisa jadi Iblis telah memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencurinya. Mintalah kuasa Tuhan untuk merebut kembali semua “kekayaan” surgawi yang sudah dicuri Iblis –PK

IBLIS SELALU MEMANFAATKAN SITUASI DAN KONDISI

UNTUK MENCURI “KEKAYAAN” SURGAWI DALAM HIDUP KITA

Dikutip : www.sabda.org

MURID, BUKAN SUPORTER

Kamis, 13 Januari 2011

Bacaan : Lukas 14:25-35

25Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:

26″Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

27Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

28Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?

29Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,

30sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

31Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?

32Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.

33Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

34Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?

35Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

MURID, BUKAN SUPORTER

Banyak orang yang “gila” sepak bola memutuskan untuk menjadi anggota fans club sebuah tim sepak bola. Biasanya mereka akan selalu menonton tatkala tim yang didukungnya berlaga, entah langsung pergi ke stadion ataupun melalui layar kaca. Yang menarik, biasanya mereka juga suka memakai atribut tim kebanggaannya tersebut; mulai dari kaos, selendang, sampai rela mengecat wajahnya dengan warna yang identik dengan tim kesayangannya. Mereka bisa berpesta tatkala timnya menang, juga sedih dan marah tatkala timnya kalah. Namun, itu hanya terjadi selama beberapa saat.

George Barna, seorang peneliti kristiani, menulis dalam bukunya Menumbuhkan Murid-Murid Sejati, bahwa banyak orang kristiani yang suka menjadi “suporter” Kristus, tetapi tidak menjadi murid Kristus. Banyak orang tertarik pada kekristenan, tetapi tidak sungguh-sungguh berkomitmen kepada Kristus. Dalam bacaan hari ini, Yesus memberikan beberapa syarat untuk menjadi murid-Nya. Dan, jika kita tidak dapat memenuhi syarat tersebut, kita tidak layak menjadi murid-Nya. Memang syarat yang disampaikan Tuhan lebih banyak berupa kiasan dan tidak dapat diartikan secara harfiah. Namun, dari syarat-syarat tersebut kita mendapati bahwa Tuhan tidak ingin orang mengikut Dia hanya berdasarkan rasa tertarik. Orang itu harus berkomitmen dan mau membayar harga.

Orang kristiani seperti apakah kita? Suporter atau murid? Orang yang hanya senang memakai atribut kekristenan atau sungguh-sungguh memiliki komitmen dan berani membayar harga untuk mengikut Kristus? Apabila hanya sebatas suporter, kita tidak layak menjadi murid-Nya –RY

JANGAN HANYA SENANG MEMAKAI ATRIBUT KEKRISTENAN

JADILAH MURID YANG SEBENAR-BENARNYA

Sumber : www.sabda.org

BERPIKIR POSITIF (PART 2)

PESAN GEMBALA

28 November 2010

BERPIKIR POSITIF (PART 2)

 

Shalom…salam miracle.

Jemaat Tuhan di Gereja Bethany yang diberkati Tuhan, kali ini kita membahas tentang berpikir positif khususnya melihat dan memanfaatkan peluang sekalipun sangat kecil. Ketika Raja Saul dan pasukannya cemas dan ketakutan menghadapi Goliat, Daud berkata: “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.” Daud bukan hanya melihat peluang kemenangan dengan optimis. Tetapi dia memberikan dirinya untuk maju. Dia tidak mengajukan kakaknya atau menasehati Raja Saul yang perkasa untuk berani maju menghadapi Goliat. Daud bukan hanya berbicara, tetapi integritasnya, membawanya untuk membuktikan tindakan sesuai dengan ucapannya. Dia menawarkan solusi bukan hanya dengan kata-kata tapi dengan segenap kehidupannya. Di atas awan masih ada awan, dan bagi Daud di atas Goliat masih ada Tuhan yang maha besar.

 

Orang yang berpikir negatif adalah orang yang mengungkung dirinya dalam kecemasan dan ketakutan. Orang yang sedemikian akan melihat setiap masalah dari sisi kesulitan dan tantangannya. Nalar dan pikirannya tidak bisa sepenuhnya berfungsi karena telah dirongrong dan dipakai untuk memikirkan kecemasan dan ketakutannya. Saul dan bangsa Israel cemas dan ketakutan ketika melihat Goliat yang besar dan mendengar perkataan Goliat yang menghina bangsa Israel, dengan pakaian perangnya yang lengkap. Saul dan pasukannya tidak melihat peluang untuk dapat mengalahkannya.

 

Daud memiliki iman yang besar disertai dengan cara berpikir yang positif dalam menghadapi Goliat. Karena urapan Tuhan yang memenuhinya dengan kuasa, dia bisa berpikir dengan jernih dan cemerlang. Daya pikir dan nalarnya dapat digunakan sepenuhnya karena tidak dirongrong oleh kecemasan, kekuatiran, dan ketakutan. Daud beriman kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan, ditambah dengan komitmen yang tinggi. Dengan itu, Daud bisa berkonsentrasi penuh untuk melihat setiap kemungkinan yang kecil sekalipun untuk menggapai sukses dan kemenangan.

 

Daud tidak memandang kepada baju zirah, perisai, pedang, tombak, lembing dan ketopong yang dikenakan oleh Goliat. Matanya tertuju kepada Allah yang besar bukan masalah yang besar, dan dalam pikirannya berkonsentrasi akan apa yang segera dilakukan dalam pertempuran yang dihadapinya. Dengan pikiran yang jernih dan cemerlang Daud melihat satu “Titik Peluang” yang sangat kecil namun sangat vital yaitu DAHI GOLIAT. Dahi dan mata Goliat tidak tertutup oleh ketopong, dan itulah yang dilihat oleh Daud. Dia bisa melihat suatu peluang yang sangat kecil, tapi tidak hanya melihat peluang itu, namun dalam kapasitas dan kemampuan yang ada, dengan batu dan umban dia manfaatkan peluang yang kecil itu pada waktu yang tepat dan cara yang benar. Dahi itu tidak bisa ditebasnya dengan pedang, karena dia belum terlatih memakai pedang untuk perang, dan juga dia tidak membawa pedang itu. Dahi itu juga tidak dipanahnya karena dia tidak mempunyai busur dan anak panahnya. Tidak juga dihujamnya dengan tombak, karena tangannya yang kecil untuk dapat melontarkan sebuah tombak perang ke arah Goliat.

 

Daud mengambil batu dan umban yang dibawanya, dan diarahkan ke dahi Goliat sehingga terbenam ke dalam dahinya dan Goliat KNOCKED DOWN tergeletak jatuh. Daud tidak mengarahkan umbannya ke arah baju zirah yang tebal, karena bagaimana pun kerasnya pasti tidak akan menembus baju zirah Goliat. Dengan melepaskan senjata dan kemampuan kita pada sasaran yang kurang tepat kita tidak akan pernah sukses. Cara kerja ala demikian akan menciptakan orang-orang yang tampaknya bekerja keras dalam waktu kerja yang lama tetapi tidak menghasilkan sesuatu.

 

Daud memakai senjatanya yang unik dan khas walaupun sebenarnya itu tidak popular, terlebih dalam medan perang yang dahsyat. Senjata itu sesuai untuk dirinya dan sangat dikenalnya dengan baik dan dia ahli dalam menggunakannya. Banyak pekerjaan besar dimulai dengan peralatan yang sederhana dan tidak popular, namun digunakan dengan waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan cara yang tepat. Ketika melihat peluang yang ada, Daud tidak menunda untuk memanfaatkannya. Daud segera mengayunkan umpan batu itu sekuat tenaga sehingga batu itu mengenai dahi dan masuk ke dahi Goliat. Daud memanfaatkan peluang yang tepat, berkonsentrasi, cermat dan bertindak dengan segenap kekuatan yang ada padanya. Belum tentu peluang yang sama akan datang lagi. Seorang pemenang akan segera memanfaatkan peluang yang didapatnya. Hari ini, jam sekarang ini, keadaan sekarang ini tidak akan pernah kembali lagi. Peluang tidak pernah berteriak, kitalah yang harus mencari dan memanfaatkannya. Kemenangan Daud telah dipersiapkan sejak sebelum pertarungan sampai pertarungan terjadi. Tapi memanfaatkan peluang adalah ibarat memakai kunci pintu untuk membuka pintu rumah yang menjadi tujuan dari perjalanan yang ditempuh. Alkitab menegaskan bahwa kemenangan Daud tidak didapat dengan pedang di tangan. Tetapi dengan kesederhanaan, ketaatan, mengandalkan Tuhan dan melihat serta memanfaatkan peluang yang ada.

 

SELAMAT NATAL…KASIH ALLAH MEMENUHI KITA SEMUA…

TUHAN YESUS MEMBERKATI…AMIEN

 

Gembala Sidang,

Pdt. Ir. Joko Susanto, MA

CINTA DAN KOMITMEN

Sabtu, 24 April 2010

Bacaan : Amsal 3:3-4
3:3 (3-4) Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.

3:4. (3-5) Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Sela

CINTA DAN KOMITMEN

Tinul, seorang penyanyi sekaligus bintang film, bercerai dari suaminya. Ketika beberapa wartawan infotainment menanyainya, apa yang menyebabkan ia dan suaminya mengambil keputusan bercerai, Tinul menjawab, “Kami sudah tidak saling mencintai. Jadi ya, tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, ” sambil mengangkat bahu.

Begitulah kalau relasi suami istri hanya didasarkan pada rasa cinta, tidak akan langgeng. Itulah sebabnya dalam pernikahan kristiani, hal komitmen juga selalu ditekankan. Komitmen, yaitu ketika keduanya berikrar bersama: akan tetap setia dan mengasihi dalam kelimpahan maupun kekurangan, dalam suka dan duka, sehat dan sakit, sampai kematian memisahkan.

Cinta dan komitmen ibarat dua sisi pada satu mata uang yang sama; tidak dapat dipisahkan; yang satu tidak lengkap tanpa yang lain. Cinta tanpa komitmen akan rapuh. Sebab yang namanya cinta, seperti juga perasaan lain dalam diri manusia, tidak selalu tetap, ada pasang surutnya. Sebaliknya komitmen tanpa cinta juga hambar, relasi suami dan istri akan dirasakan sebagai kewajiban belaka. Karena itu, seperti yang dikatakan dalam bacaan Alkitab hari ini, “Janganlah kiranya kasih dan setia-cinta dan komitmen- meninggalkan engkau” (ayat 3).

Cinta dan komitmen bisa saling menjaga. Ketika cinta surut, komitmen akan menggelorakannya kembali. Dan ketika komitmen melonggar, cinta akan meneguhkannya lagi. Jadi, kalau sekarang cinta Anda terhadap pasangan sedang surut, jangan menyerah, kembalilah kepada komitmen awal. Sebaliknya kalau komitmen Anda menyusut, berpalinglah kepada cinta Anda yang mula-mula. Ingat, ia adalah belahan jiwa Anda –AYA

PERPADUAN CINTA DAN KOMITMEN

AKAN MENJADI FONDASI YANG KOKOH BAGI SEBUAH RELASI

Sumber : www.sabda.org

MENJAGA KOMITMEN

Kamis, 31 Desember 2009

Bacaan : Yohanes 4:31-38

4:31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.”

4:32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.”

4:33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?”

4:34 Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

4:35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.

4:36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.

4:37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai.

4:38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.”

MENJAGA KOMITMEN

Setiap tahun baru, banyak orang membicarakan resolusi: tahun baru, komitmen baru. Namun, apa yang terjadi dengan komitmen kita saat nanti, bulan demi bulan berlalu? Terkadang gemanya hampir tak terdengar lagi; bahkan terlupakan atau tak dipedulikan lagi. Ironis, bukan?

Mari belajar dari Yesus. Meskipun hidup-Nya di dunia diwarnai penolakan dari para pemimpin agama waktu itu, penyangkalan murid-Nya, bahkan berujung pada penderitaan di kayu salib, Dia tetap setia. Komitmen-Nya teguh dalam berbagai keadaan. Bagaimana Dia dapat tetap setia sampai akhir? Kuncinya terungkap dari ucapan-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (ayat 34).

Dia berpuasa empat puluh hari empat puluh malam, dan selama itu Dia tak pernah absen melakukan kehendak Bapa. Dia pernah meminta agar cawan penderitaan berlalu dari-Nya, tetapi Dia menyerahkan kembali keputusan akhirnya ke tangan Bapa. Dia tidak pernah hidup di luar kehendak Bapa, sebab hidup-Nya adalah untuk melakukan kehendak Bapa. Inilah yang membuat hidup-Nya menjadi teladan komitmen yang sempurna. Komitmen yang dijaga dengan setia sampai akhir.

Bagaimana dengan kita? Hidup kita perlu diisi tidak hanya dengan berbagai perbuatan baik menurut ukuran dunia, tetapi juga dengan melakukan kehendak Bapa setiap saat. Tantangan pasti ada, tetapi mari kita teladani kesungguhan-Nya untuk melakukan kehendak Bapa dalam segala keadaan. Buatlah komitmen untuk setia menjadi saksi-Nya dan lakukanlah dengan setia hingga akhir. Dengan demikian, hidup kita memuliakan-Nya –HA

SEBUAH KOMITMEN MENJADI BERARTI

JIKA KITA MAU BERJUANG UNTUK TERUS MELAKUKANNYA

Sumber : www.sabda.org

PILIHAN JITU

Sabtu, 15 Agustus 2009

Bacaan : Yosua 24:14-18

24:14 Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.

 

24:15. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

24:16 Lalu bangsa itu menjawab: “Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!

24:17 Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,

24:18 TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita.”

PILIHAN JITU

Pernahkah Anda memperhatikan kapal-kapal yang berlabuh? Agar tetap berada di tempatnya, setiap kapal “dikendalikan” oleh sebuah jangkar yang besar. Jangkar ini membuat kapal tidak diombang-ambingkan angin dan gelombang pantai; agar kapal tidak hanyut dan hilang.

Setelah umat Israel menetap di tanah Perjanjian, mereka mengalami perubahan suasana sosial. Dulu mereka bangsa nomaden yang suka berpindah-pindah, kini menetap. Dulu peternak pindahan, kini menjadi bangsa agraris yang juga harus bergaul dengan bangsa-bangsa lain. Dulu mereka disediakan manna dan burung puyuh, kini mereka harus mengusahakan tanah sendiri. Perubahan sosial dan pengaruh religius ini membuat mereka tergoda untuk berpaling kepada ilah-ilah lain. Kekhawatiran Yosua terungkap dalam pasal 23. Oleh karena itu, Yosua dengan tegas mengingatkan kembali umat Israel akan apa yang telah diperbuat Tuhan kepada mereka dalam sejarah. Dari situ Yosua menantang umat meneguhkan komitmen mereka untuk setia kepada Tuhan. Komitmen itu tumbuh dari kebebasan dan kesadaran diri akan karya Tuhan. Bagi Yosua, hal itu dimulai dari situasi masyarakat yang paling kecil: keluarga. “Aku dan seisi rumahku akan beribadah kepada Tuhan”, kata Yosua.

Dunia memberikan banyak pilihan. Di tengah banyak pilihan itu, adakah kita juga memilih untuk menggembalakan keluarga kita sendiri? Jagalah pertumbuhan iman keluarga Anda. Izinkan Tuhan memakai keluarga Anda dengan segala pergumulannya, menjadi kesaksian nyata bagi keluarga-keluarga lain -DKL

KELUARGA MERUPAKAN UNIT YANG KECIL

TETAPI KEKUATANNYA BEGITU BESAR

Sumber : www.sabda.org

PELAYANAN YANG PENUH BUAH (1)

PESAN GEMBALA

9 AGUSTUS 2009

Edisi 86 Tahun 2

 

PELAYANAN YANG PENUH BUAH (1)

Shalom… Salam miracle…

Jemaat yang diberkati Tuhan, hari ini kita belajar dalam Injil Yohanes 4:1-42 (baca terlebih ayat-ayat ini), dimana Tuhan Yesus bertemu dengan wanita Samaria. Dalam pembacaan pasal 1 ini, ada banyak prinsip-prinsip yang dapat kita teladani ketika Yesus melayani perempuan Samaria tersebut.

 

  1. MEMPRIORITASKAN KEHENDAK ALLAH

Ketika Yohanes mengatakan kepada kita yang membaca kisah ini bahwa “Yesus harus melintasi daerah Samaria” (Yohanes 4:4). Apakah sebenarnya yang mendorong Dia untuk melakukan hal tersebut? Sebenarnya ada 2 jalan yang bisa Dia lewati untuk sampai ke daerah Galilea, yaitu rute yang melalui Samaria dan rute yang satunya adalah melewati Lembah Yordan. Meskipun jalan yang melalui Samaria merupakan rute alternatif atau suatu arah alternatif, tetapi rute ini jarang dilewati oleh orang-orang Yahudi, disebabkan  adanya pertentangan eksistensi antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Samaria dan secara keturunan kesukuan Yesus termasuk orang Yahudi, tetapi Yesus memilih rute ini. Hal ini bukan disebabkan karena jaraknya yang lebih pendek, atau lebih cepat sampai atau alasan-alasan lainnya, tetapi dikarenakan suara yang disampaikan secara pribadi dari Bapanya yang di Surga. Inilah yang dimaksud memprioritaskan kehendak Allah.

 

Allah mempunyai misi tersendiri supaya Yesus melakukan dan menggenapinya. Allah mengetahui di jalan tersebut ada hati yang lapar dan haus akan kebenaran Allah. Allah meletakkan suara tersebut di dalam hati Yesus yang akhirnya membawa Dia pada rute yang telah ditetapkan dan kepada suatu tempat pertemuan yang tepat, yaitu sumur Yakub.

 

Saudara, kita juga perlu memiliki kepekaan yang demikian dan kemampuan untuk dapat melihat serta menerjemahkan saran Allah di dalam roh kita. Ada banyak kesempatan bagi Allah untuk bersaksi dengan cara khusus tetapi Dia perlu mempunyai keyakinan bahwa kita tidak hanya mendengar tetapi juga menaati saran-saranNya.

 

Untuk menjamin bahwa kita memiliki kepercayaan kepada Allah kita perlu memprioritaskan kehendak-Nya dan menyerahkan terlebih dahulu di atas semua komitmen kita. Kita dapat melihat sikap seperti ini di dalam kehidupan Yesus bahkan sejak Ia berumur belasan tahun. Ia bertanya kepada Maria dan Yusuf “tidakkah engkau mengetahui bahwa Aku harus melakukan kehendak Bapa?” (Lukas 2:49). Di sini sangat terlihat walaupun Ia sangat menghormati orang tuanya di dunia dan di dalam asuhan mereka, Dia memberikan kehendak BapaNya yang di Sorga sebagai prioritas yang tertinggi.

 

Pada kesempatan lain Ia mengatakan “kesukaanKu adalah mengerjakan kehendak BapaKu yang di Sorga yang telah mengutus Aku”. Kita juga harus menjadi sumber kesukaan untuk menaati kehendak Bapa kita.  

 

  1. KASIHNYA YANG TULUS KEPADA ORANG BERDOSA

Pada ayat 4 Yesus mengatakan bahwa “harus pergi melalui Samaria”, hal ini dilakukan bukan karena kondisi geografis atau adanya pertentangan dengan yang lainnya, namun yang sebenarnya adalah Yesus sengaja ingin melewati Samaria untuk memberitakan kabar kesukaan kepada perempuan Samaria dan para tetangganya di Samaria.

 

KasihNya kepadanya (orang berdosa) yang membuat Yesus melakukan hal ini. Dia sangat dikenal sebagai “sahabat orang berdosa”. Sebutan tersebut tidak membuatNya risih atau terganggu. Karena orang-orang yang terhina itulah sehingga Dia mendatangiNya, seperti yang dilakukanNya ketika mendatangi perempuan Samaria. Dia tidak bermaksud menghakiminya, tetapi rindu untuk memberikan belas kasihan dengan tulus kepada mereka yang berdosa, bahkan memberikan pertolonganNya. Yang patut kita teladani adalah “melihat orang-orang berdosa dengan cara pandang Allah”. Sebagai orang Kristen kita harus hati-hati untuk tidak menganggap diri kita benar atau menganggap orang lain salah tanpa melibatkan Kristus……(BERSAMBUNG)

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati….Amien.

 

 

Gembala Sidang,

Pdt.Ir.Joko Susanto, MA