TERLALU BETAH

Selasa, 31 Agustus 2010

Bacaan : Filipi 3:17-4:1

3:17. Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.

3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,

3:21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

4:1. Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

TERLALU BETAH

Merhan Karimi Nasseri, warga Iran, dicabut kewarganegaraannya ketika menaiki pesawat terbang menuju Paris. Paspornya diambil. Tanpa bukti kewarganegaraan, setiba di Paris ia tidak diizinkan meninggalkan bandara. Selama sebelas tahun ia tinggal di Terminal 1; mandi di toilet bandara, dan hidup dari bantuan staf bandara. Pada 1999, pemerintah Prancis akhirnya memberinya izin untuk tinggal dan bekerja. Sekarang ia bebas pergi kemana pun. Anehnya, ia memilih tetap tinggal di bandara-sudah telanjur betah. Setelah dibujuk beberapa hari, baru ia mau pergi.

Sebuah bandara, sebesar dan sebagus apa pun, bukan rumah. Begitu juga dunia ini bukan rumah sejati kita. Rasul Paulus mengingatkan, kita adalah warga surga. Kita tinggal di dunia hanya sementara. Maka, jangan sampai terlalu lekat dengan daya tarik dan kenikmatannya. Paulus prihatin melihat orang kristiani yang hidup “sebagai seteru salib Kristus” (ayat 18). Gaya hidupnya masih mementingkan perkara duniawi. Yang dikejar melulu soal makanan, kenikmatan, kemewahan, kehormatan, dan keuntungan. Sebagai warga surga, cara hidup kristiani seharusnya berbeda-mengejar hal yang bernilai kekal, seperti kasih, keadilan, dan kebenaran.

Orang yang terlalu lekat pada dunia akan takut meninggalkan dunia ini apabila saatnya tiba. Segala hal yang telah telanjur digenggam erat biasanya sangat sulit dilepaskan. Maka, bersyukurlah jika terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kehilangan, baik benda, kuasa, maupun kekasih tercinta. Semuanya menyadarkan bahwa dunia bukan rumah kita. Semuanya fana dan akan lenyap –JTI

SAAT HATI TERPIKAT OLEH SILAUNYA DUNIA

SURGA TIDAK LAGI TAMPAK MEMESONA

Sumber : www.sabda.org

MEMILIH UNTUK BERSYUKUR

Senin, 30 Agustus 2010

Bacaan : Habakuk 3:17-19

3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,

3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).

MEMILIH UNTUK BERSYUKUR

Ada cerita tentang dua anak yang bernama Ceria dan Murung. Seperti namanya, Ceria sifatnya periang dan selalu tersenyum. Sebaliknya, Murung suka mengeluh dan selalu cemberut. Suatu kali Murung mendapat hadiah telepon genggam dari orangtuanya. Ia senang sekali, tetapi tidak lama wajahnya murung lagi. Ia khawatir teman-temannya meminjam telepon genggamnya itu dan merusakkannya. Bukannya mendatangkan kegembiraan, hadiah itu malah menjadi beban buatnya.

Pada saat bersamaan, Ceria juga mendapat hadiah dari orangtuanya, yaitu kotoran kuda. Ketika menerima hadiah itu, Ceria kaget sekali, tetapi segera ia berpikir, “Ah, masa Ayah dan Ibu hanya memberi kotoran kuda, pasti ada sesuatu yang baik di balik ini.” Ia lalu menghampiri ayah dan ibunya. “Ayah dan Ibu sangat mengasihi saya, jadi tidak mungkin hanya memberi kotoran kuda. Ini pasti sebuah tanda, bahwa Ayah Ibu sudah membelikan seekor kuda buat saya, ” kata Ceria seraya tersenyum dan memeluk mereka.

Cerah suramnya kehidupan kerap tidak tergantung pada kondisi di luar diri kita, tetapi pada bagaimana kita memandang dan menyikapinya. Habakuk hidup dalam masyarakat yang keras hati dan penuh dengan kejahatan (Habakuk 1:2-4). Walaupun demikian, ia tetap berpegang teguh pada imannya. Ia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam kesusahan. Sebaliknya, ia mengarahkan diri pada kasih dan kuasa Tuhan, karenanya ia tetap dapat bersyukur. Sekarang ini, kita mungkin tengah berada dalam kondisi yang sulit, tetapi sesungguhnya dalam keadaan demikian pun kita tetap dapat memilih untuk bersyukur –AYA

DALAM KEADAAN APA PUN

SELALU ADA ALASAN UNTUK BERSYUKUR

Sumber : www.sabda.org

JAWABAN-NYA TAK TERDUGA

Sabtu, 28 Agustus 2010

Bacaan : Matius 14:22-33

14:22. Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.

14:23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.

14:24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.

14:25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.

14:26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut.

14:27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”

14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.”

14:29 Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.

14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”

14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”

14:32 Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah.

14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”

JAWABAN-NYA TAK TERDUGA

Jika Yesus berjalan di atas air pada saat hari cerah dan laut tenang, rasanya para murid akan tepuk tangan dan melonjak-lonjak menyambut kedatangan-Nya. Namun, saat itu malam gulita dan cuaca buruk. Murid-murid kepayahan mendayung perahu melawan badai. Kemunculan-Nya yang dramatis dan tidak lazim bukannya membangkitkan harapan, melainkan memperparah kecemasan dan ketakutan mereka. Tak heran mereka mengira Dia hantu!

Bukankah kita kerap mengalami persoalan serupa? Kita kepayahan menghadapi masalah hidup dan sangat mengharapkan pertolongan Tuhan. Namun, kita sulit mengenali Dia karena cara kedatangan-Nya di luar dugaan kita. Atau, bentuk pertolongan-Nya berlawanan dengan keinginan kita. Bukannya membaik, keadaan tampaknya malah semakin memburuk. Dan, kita mengira tengah dicobai oleh Iblis!

Benarkah? Seseorang pernah menulis puisi: Ia meminta kekuatan, dan Allah memberinya kesulitan untuk menjadikannya kuat. Ia meminta hikmat, dan Allah memberinya masalah untuk dipecahkan. Ia meminta kemakmuran, dan Allah memberinya otak dan kegigihan untuk bekerja. Ia meminta keberanian, dan Allah memberinya bahaya untuk diatasi. Ia meminta kasih, dan Allah memberinya orang bermasalah yang perlu ditolong. Ia meminta kemurahan, dan Allah memberinya kesempatan. Ia tidak menerima satu pun yang diinginkannya; ia menerima segala sesuatu yang diperlukannya. Doanya terjawab.

Lain kali, saat keadaan berlawanan dengan harapan kita, bersiaplah: Jangan-jangan Tuhan malah tengah datang mendekat! –ARS

TUHAN TIDAK BERJANJI MEMUASKAN KEINGINAN KITA

NAMUN DIA PASTI MENCUKUPKAN KEBUTUHAN KITA

Sumber : www.sabda.org

MATI ADALAH KEUNTUNGAN

Jumat, 27 Agustus 2010

Bacaan : Filipi 1:21-24

1:21. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik;

1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

MATI ADALAH KEUNTUNGAN

Coyote adalah sejenis serigala yang berkembang biak sangat pesat di Amerika bagian utara. Para petani di sana memiliki pandangan yang berbeda terhadap binatang itu. Sebagian memandang coyote sebagai binatang perusak, karena menjadi ancaman bagi hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing. Sebagian lagi memandang coyote sebagai binatang yang bermanfaat, karena dapat melindungi tanaman dari hama tikus dan hewan pengerat lainnya.

Begitulah, satu hal atau keadaan dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda; sisi terang dan sisi kelam. Demikian juga hal kematian. Pada satu sisi kematian bisa dilihat sebagai peristiwa kelam. Karena itu, orang akan berduka jika mengetahui saat menghadapi kematiannya mendekat. Akan tetapi, dari sisi iman, kematian juga bisa dilihat secara optimis. Itulah yang dilakukan oleh Paulus. Ia sedang berada di penjara, dan ia dapat merasakan betul, bahwa kematiannya tidak akan lama lagi. Namun sebaliknya, daripada berduka dan patah arang, Paulus justru menghadapinya dengan penuh pengharapan. “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, ” demikian ia menulis (ayat 21).

Kita suatu saat, cepat atau lambat, akan diperhadapkan pada kenyataan ini-atau mungkin sekarang kita tengah menghadapinya, bahwa hidup kita di dunia tidak akan lama lagi. Dalam situasi demikian, marilah kita berpegang pada iman dan pengharapan kita di dalam Kristus, sehingga kita dapat menghadapinya dengan tetap tenang, tidak kehilangan sukacita. Kita dapat menyongsong saat-saat kematian yang mendekat dengan hati lapang dan kepala tegak –AYA

DI DALAM KRISTUS

KITA HADAPI KEMATIAN

DENGAN SENYUM

Sumber : www.sabda.org

KISAH SUP BATU

Kamis, 26 Agustus 2010

Bacaan : Mazmur 133

133:1. Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!

133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.

133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.

KISAH SUP BATU

Alkisah ada tiga pengembara, yang dalam perjalanannya singgah di sebuah kota. Warga kota itu tak pernah bergembira, sebab mereka hidup dengan sangat mementingkan diri sendiri. Mereka mengerjakan segala sesuatu sendiri dan untuk dirinya sendiri. Selain itu, mereka suka mencurigai semua orang. Termasuk kepada tiga pengembara kelaparan yang duduk di tengah alun-alun kota mereka.

Tiga pengembara itu membuat api lalu merebus sebuah batu. “Apa yang kaubuat?” tanya seorang anak yang lewat. “Kami membuat sup batu yang sangat enak, ” kata si pengembara, “tetapi akan jauh lebih enak jika ditambah sesiung kecil bawang, ” lanjutnya. Anak itu pun berlari dan mengambilkan bawang. Orang-orang kota itu mulai penasaran. Mereka mengintip dan menengok satu per satu. “Sup ini akan jauh lebih enak jika ditambah wortel dan tomat. Seiris kecil daging juga membuat rasanya jauh lebih baik.” Didorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, mereka membawakan satu per satu bahan yang disebut para pengembara. Alhasil, jadilah sup yang enak (tentu setelah batunya dibuang) dan penduduk kota ikut menikmatinya. Untuk pertama kalinya penduduk kota itu meniadakan rasa curiga dan mengalami indahnya hidup berbagi dalam kebersamaan.

Pemazmur menyebutkan betapa baiknya apabila kita hidup bersama dengan rukun. Tidak cuma berarti tinggal bersama-sama, tetapi saling menerima dan saling berbagi dalam kasih. Hidup rukun tanpa prasangka, yang menghalangi interaksi dengan sesama. Hidup harmonis ini bukan saja mendatangkan kebahagiaan bagi kita, melainkan juga bagi Allah. Seperti kata pemazmur, “… sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat …” –SL

ORANG YANG SELALU MENARUH CURIGA

MEMBATASI DIRINYA UNTUK BAHAGIA

Sumber : www.sabda.org

MABUK LAGI

Rabu, 25 Agustus 2010

Bacaan : Amsal 23:29-35

23:29. Siapa mengaduh? Siapa mengeluh? Siapa bertengkar? Siapa berkeluh kesah? Siapa mendapat cidera tanpa sebab? Siapa merah matanya?

23:30 Yakni mereka yang duduk dengan anggur sampai jauh malam, mereka yang datang mengecap anggur campuran.

23:31 Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat,

23:32 tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak.

23:33 Lalu matamu akan melihat hal-hal yang aneh, dan hatimu mengucapkan kata-kata yang kacau.

23:34 Engkau seperti orang di tengah ombak laut, seperti orang di atas tiang kapal.

23:35 Engkau akan berkata: “Orang memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang memalu aku, tetapi tidak kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari anggur lagi.”

MABUK LAGI

Orang bisa punya bermacam alasan untuk mabuk anggur. Merayakan sesuatu, menghilangkan stres, menambah keberanian, iseng, supaya kelihatan jantan adalah beberapa alasan yang biasa dikemukakan. Namun, apa pun alasannya, Alkitab sangat menentang hal tersebut.

Mengapa firman Tuhan menentang kemabukan? Ada beberapa alasan yang diungkap oleh penulis Amsal. Pertama, anggur akan merusak tubuh kita, seperti bisa ular yang memagut kita (ayat 32). Kedua, kemabukan membuat pikiran kita rusak, sehingga mata kita melihat hal-hal yang aneh dan tidak dapat mengendalikan kata-kata yang diucapkan (ayat 33). Ketiga, keseimbangan tubuh kita akan hilang. Keempat, kita akan kehilangan sensitivitas terhadap rasa sakit, walaupun ada luka di tubuh kita. Kelima, kita akan selalu ketagihan (ayat 35). Atas dasar lima alasan yang semuanya tidak baik ini, firman Tuhan melarang kita mabuk oleh anggur atau minuman keras. Dan, itu ditulis untuk kebaikan dan kesehatan kita.

Saya pernah bertemu dengan seseorang yang berpendapat bahwa jika ia tidak minum anggur, maka badannya gemetar, kepalanya pusing, dan tidak dapat berkonsentrasi. Saya pun pernah mendengar ada orang-orang yang sudah biasa merayakan sesuatu, termasuk Natal, dengan mabuk-mabukan. “Ini kan sudah budaya dan kebiasaan, mau apa lagi?” Memang kebiasaan seperti ini sulit diubah, tetapi ingat bahwa firman Tuhan secara tegas mengatakan “jangan”. Ini tak bisa dibantah lagi. Dan, seharusnya sebagai orang kristiani, ketaatan kita kepada firman Tuhan harus lebih besar dibandingkan kebiasaan atau budaya yang kita miliki –RY

JANGAN IZINKAN KEBIASAAN

MENGALAHKAN PERINTAH TUHAN

TETAPI IZINKAN PERINTAH TUHAN

MENGALAHKAN KEBIASAAN

Sumber : www.sabda.org

SALAH BERTANYA

Selasa, 24 Agustus 2010

Bacaan : Keluaran 3:10-17

3:10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”

3:11. Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?”

3:12 Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.”

3:13 Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?”

3:14 Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”

3:15 Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.

3:16. Pergilah, kumpulkanlah para tua-tua Israel dan katakanlah kepada mereka: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, telah menampakkan diri kepadaku, serta berfirman: Aku sudah mengindahkan kamu, juga apa yang dilakukan kepadamu di Mesir.

3:17 Jadi Aku telah berfirman: Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

SALAH BERTANYA

Ada orang berkata, “Pertanyaan yang benar sudah merupakan setengah dari jawaban yang benar”. Artinya jika salah bertanya, kita akan sukar memperoleh jawaban yang benar. Sebaliknya, jika kita mengajukan pertanyaan yang tepat, maka terbentang pula jalur menuju jawaban yang benar.

Salah satu kendala pelayanan adalah ketika kita salah bertanya. Seperti Musa yang risau dengan bertanya, “Siapakah aku?” Ia mempertanyakan kesanggupannya sendiri. “Apakah aku mampu?” Saat itu, Musa pada usia delapan puluh sudah tidak yakin akan panggilan yang pernah bergelora di hatinya empat puluh tahun sebelumnya. Kalau dulu ia gagal, apalagi sekarang. Ia merasa tak berdaya. Pertanyaannya terpusat pada dirinya. Padahal pemeran utamanya bukan Musa, melainkan Tuhan. Siapa Tuhan lebih penting daripada siapa Musa. “AKULAH AKU” lebih penting daripada “siapa aku”. Membawa Israel keluar dari Mesir adalah rencana Tuhan. Musa hanya utusan-Nya. Tuhan tak mempersoalkan apakah Musa mampu, melainkan apakah ia mau. Hal selebihnya ada dalam kendali kuasa-Nya.

Bagaimana dengan kita? Bukankah tekanan dan tantangan berat di pelayanan kerap membuat panggilan hati dan semangat kita goyah? Kita pun tergoda bertanya, “Apakah saya mampu?” Sasaran pertanyaan kita adalah “saya”. Saatnya kita mengganti pertanyaan “siapa saya” dengan “siapa Tuhan”. Dialah Tuhan Sang Pengutus. Apakah yang tidak sanggup Dia lakukan? Jika Dia mengutus, Dia pasti memperlengkapi. Ingat, pelayanan pertama-tama bukan soal kesanggupan, melainkan kesediaan kita. Tuhan hanya butuh kesediaan kita untuk berkata seperti Yesaya, “Ini aku, utuslah aku!” –PAD

JANGAN MELAKUKAN PELAYANAN KARENA MERASA SANGGUP

TETAPI MINTALAH KESANGGUPAN DARI DIA

SAAT KITA MELAYANI

Sumber : www.sabda.org

MENGALAHKAN KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN

Shalom…Salam Miracle…

Jemaat Tuhan di Gereja Bethany yang diberkati Allah.

Dalam Filipi 4:13, Paulus menyatakan
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Mengalahkan kejahatan dengan kebaikan tidak hanya merupakan teknik yang bersifat spiritual, tetapi juga menunjukkan arti dan maksud dari penerapan kemenangan yang sudah diraih oleh Yesus Kristus.

Kalau kita pelajari bahwa kerajaan Setan menggunakan prinsip yang sebaliknya. Setan sangat senang menambah kekuatan atas orang-orang dengan cara mencobai mereka untuk melakukan hal-hal yang bersifat sebaliknya dari hal-hal yang bersifat positif.

Seperti halnya mempengaruhi umat Tuhan untuk tidak bergereja, berdoa, membaca Alkitab, melakukan penipuan kepada saudaranya sendiri, melukai perasaan orang lain, bertindak kasar terhadap isteri terhadap suami, homoseksual, pornografi. Hal-hal itu membawa mereka masuk ke dalam kutuk melalui kendali Setan.

Untuk hidup di dalam kebenaran Allah, maka kita harus mampu terlibat di dalam mempengaruhi sekeliling kita dengan kebenaran dan kebaikan.

Ketika melawan “musuh” sebenarnya kita sedang memanifestasikan aspek karakter Kristus yang merupakan lawan dari pencobaan yang sedang kita hadapi. Ambillah pernyataan Yesus berkenaan dengan roh-roh jahat yang khusus “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.” (Matius 17:21).

Suatu nasihat untuk menjauhkan diri dari makanan adalah mungkin karena murid-murid pada saat itu sedang menghadapi Iblis yang memiliki nafsu besar, seperti kerakusan dan juga nafsu birahi.

Berpuasa merupakan suatu tindakan yang memiliki arti yang sangat besar. Puasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengalahkan musuh. Puasa memang sangat sulit dan dengan berpuasa mengirim kita untuk berlari minta tolong kepada Yesus. Ketika tubuh kita berteriak minta makan, maka kita tahu, bahwa kita memerlukan anugerah untuk melanjutkan puasa kita, tanpa pertolongan Allah atau anugerah Allah, maka akan mengalami kesulitan atau penderitaan.

Penyangkalan terhadap keinginan besar menjadi suatu peperangan pribadi yang sangat hebat. Kelaparan dan kelemahan kita membuat kita menjadi rendah hati. Kita benar-benar memerlukan anugerah dari Tuhan untuk mempertahankan komitmen kita untuk menjauhkan diri dari makanan dan nafsu keserakahan. Kemiskinan atau kelemahan dari kecukupan kita diungkapkan dan kecukupan dari Kristus dinyatakan. Mari kita renungkan penerapan kebenaran Kristus. Kita disalibkan bersama Kristus dan sifat kita yang lama dihancurkan. Kemudian kehidupan Kristus mendiami hidup kita di dalam kemenangan. Inilah prinsip yang sudah diubahkan. Hidup-nya adalah bagi kita dan kekuatan-Nya yang sempurna ada ketika kita mengakui kelemahan. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20). “sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5).

Ketika kita mengenal aktivitas penghulu-penghulu di udara dengan segala karakter khususnya, maka kita perlu menanganinya. Tidak hanya menahan dan mengalahkan pencobaan, tetapi juga dengan mendoemonstrasikan tindakan-tindakan yang positif. Mazmur 3:4-7 “Tetapi Engkau, Tuhan adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Sela. Aku membaringkan diri, lalu tidur, aku bangun, sebab Tuhan menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku”.

Gereja kita sudah ditugaskan untuk menjadi berkat bagi kota Tarakan, mari kita mulai dengan mencabut akar-akar kejahatan. Berikanlah segala kebaikan yang sudah Tuhan karuniakan kepada kita kepada orang lain atau yang membutuhkan. Kalau Gereja kita sekarang memiliki proyek. Yaitu membangun Gedung Gereja, hal ini tidak saja sebagai suatu proyek pembangunan, tetapi juga merupakan suatu kesempatan untuk membawa kita masuk ke dalam level rohani yang lebih tinggi dan menjadi berkat bagi kota Tarakan. Walaupun dana pembangunan kita tidak berlebihan atau pas-pasan, namun kita bersyukur dapat membagi berkat dengan memberi persembahan kepada beberapa Gereja yang ada di Tarakan yang juga sedang membangun. Untuk itu mari jemaat Tuhan senantiasa mendukung dalam doa, pemikiran, tenaga juga dana untuk penyelesaian proyek pembangunan Gereja Bethany GTM.

Tuhan Yesus memberkati kita semua…Amien

Gembala Sidang,
Pdt. Ir. Joko Susanto, MA

MEMBUAT PENGARUH TERHADAP KEKEKALAN

Shallom…Salam mujizat!

Jemaat yang dikasihi Tuhan, setiap hari dalam kehidupan kita dihadapkan kepada pilihan-pilihan dan itu menentukan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Apa yang kita kerjakan di dunia ini seharusnya bermakna untuk kekekalan.

Sering terdengar ungkapan bahwa hidup di dunia ini hanya sekali, dan itu memang sesuai dengan Firman Allah:”Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibrani 9:27).

Setelah kehidupan kita di dunia berakhir, kita tidak pernah lagi memiliki kesempatan untuk menggerakkan tangan Allah melalui doa, untuk membagikan Kristus dengan seseorang yang tidak mengenal Sang Juruselamat,untuk memberikan uang bagi pelebaran Kerajaan Allah, atau untuk membagi dengan yang membutuhkan.

Alfred Nobel adalah seorang ahli kimia berkebangsaan Swedia yang memperoleh banyak uang dengan menemukan dinamit serta bahan peledak untuk senjata. Ketika saudara laki-laki Alfred meninggal, sebuah Koran secara tidak sengaja memberitakan kematian Alfred dan bukan saudaranya.

Dalam tulisan itu dikatakan bahwa Alfred diceritakan sebagai seorang yang menjadi kaya lewat memampukan orang-orang untuk membunuh satu sama lain dengan senjata-senjata yang kuat. Maka Alfred terguncang dengan berita itu akhirnya memutuskan dalam sisa hidupnya dia akanmenggunakan kekayaannya untuk memberikan penghargaan kepada prestasi-prestasi yang bermanfaat bagi umat manusia, termasuk apa yang kita kenal dengan Penghargaan Nobel Perdamaian.

Dari peristiwa yang dialami Alfred Nobel yang diberitakan meninggal tersebut, mari kita melihat diri kita pribadi, kemudian marilah kita gunakan sisa hidup kita untuk memperbaiki kehidupan kita sesuai dengan keinginan Tuhan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan…

Dalam masa kehidupan Musa, Firaun adalah orang yang paling berkuasa di muka bumi. Anak perempuan Firauan mengangkat Musa sebagai anaknya ketika ia masih bayi, dan Musa memiliki kesempatan untuk menikmati kekayaan serta kehormatan sebagai seorang anggota keluarga kerajaan.

Dalam Ibrani 11:24-26 mengatakan kepada kita apa yang kemudian menjadi pilihan Musa dan mengapa ia memilih hal tersebut. “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. ” Karena Musa mengarahkan pandangannya kepadasatu-satunya upah sebenarnya yang kekal. Musa memilih untuk menjadi budak (orang Ibrani) dan dipakai oleh Allah melalui cara yang luar biasa.

Apakah pilihan-pilihan yang harus saudara hadapi saat ini?

Bagaimana pandangan saudara terhadap kekekalan mempengaruhi keputusan-keputusan saudara?

Marthin Luther mengatakan bahwa dalam kalendernya hanya terdapat dua hari yaitu: hari ini dan hari terakhir.

Marilah kita menginvestasikan diri kita sepenuhnya serta segala sesuatu yang kita miliki pada saat ini berdasarkan keyakinan akan hari terakhir.

Jangan sia-siakan hidup kita dengan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah.

Puji Tuhan…TuhanYesus memberkati kita semua.

Amien.

Gembala Sidang,

Pdt. Ir. Joko Susanto, MA

MEMPEROLEH KESATUAN DAN DAMAI SEJAHTERA

Shallom..Salam miracle

Jemaat Bethany yang diberkati Tuhan, seringkali kita mendengar ajaran tentang kerendahan hati, dimana setiap orang mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri.

Alkitab memerintahkan agar kita menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri.

Filipi 2:3-4 “Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripadadirinya sendiri.”

Orang yang memiliki hati yang remuk tidak mudah tersinggung atau marah. Tetapi tidak demikian dengan orang yang memiliki keakuan yang besar. Percekcokan dan konflik berhenti bila kita memiliki hati yang remuk, Amsal 13:10 “Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasehat mempunyai hikmat.”

Kepribadian yang kasar, pemarah, sombong, suka mendominasi, suka menuntut, dan keras perlu diremukkan.

Orang-orang disekitar kita tidak boleh merasakan roh kita; mereka harus merasakan Roh Allah yang bekerja melalui kita. Bila orang lebih merasakan roh kita daripada Roh Allah, itu berarti kita membutuhkan hati yang remuk. Dan ini memerlukan banyak penghancuran. Hati yang tidak remuk dimiliki oleh orangyang tidak disiplin dan dididik secara benar ketika ia masih kecil. Hanya TUAN-TUAN yang seringkali mudah tersinggung, bukan anak domba-anak domba.

Orang yang rendah hati dan memiliki hati yang lembut dan remuk, tidak pernah tersinggung seperti orang disebutkan dalam Amsal 18:19. Orang menjadi tersinggung karena keakuannya terluka. Kasih karunia telah ditolaknya dan ia telah mengeraskan hatinya serta menjadi pahit hati, Ibrani 4:16 “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia,supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”

Bandingkan dengan Ibrani 12:15 “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh AKAR YANG PAHIT yang menimbulkan KERUSUHAN dan MENCEMARKAN BANYAK ORANG.” Orang menjadi tersinggung karena memelihara suatu luka hati dan menjebloskan dirinya sendiri ke dalamsuatu lubang yang dalam. Ia tidak dapat disembuhkan, tidak dengan permintaan maaf atau apapun juga, sebelum mengalami jamahan Allah.

Hati yang mudah tersinggung yang dibiarkan tidak terobati akan menjadi SANGAT JAHAT. Dihari-hari terakhir banyak orang akan menjadi tersinggung, dan ini akan membuat mereka saling membenci dan mengkhianati (Matius 24:10). Apakah kita sadar betapa seriusnya problem kita bila membiarkan hati kita tersinggung? Saya ingin mengulangi hal ini. Orang yang tersinggung itu bukan anak domba, ia adalah seorang tuan, sombong serta tidak memiliki hati yang remuk. Ia memiliki suatu pendapat yang tinggi tentang dirinya sendiri dan “SOK PENTING”. Ia mempertahankan hak-haknya dan menuntut pembelaan atas dirinya. Salah satu tipuan yang memperdayai seseorang yang tersinggung adalah ia percaya bahwa iamemiliki hak untuk tersinggung, dan bahwa ia dibenarkan untuk marah dan melukai orang-orang lain (Ia tidak benar-benar percaya bahwa Allah memakai ketidakadilan untuk meningkatkan kerohanian anak-anak-Nya). Karena itu, hatinya mulai tertipu. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri dari lubang yang menyeramkan ini adalah dengan menjadi ANAK DOMBA, menyerahkan hak-hak kita, dan meneladani Kapten Keselamatan kita yang mempercayakan segala ketidakadilan yang Ia alami kepada Bapa Surgawi-Nya,

I Petrus 2:21-23 “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”

Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tersinggung. Neraka dipenuhi dengan orang-orang yang tersinggung, yang menolak kasih karunia Allah ketika mereka disakiti. Mereka meninggal dengan memegang erat kepahitan mereka terhadap Allah dan orang-orang yang tidak mau mereka maafkan. Kini mereka sendiri tersiksa dengan pelanggaran-pelanggaran yang tidak mau mereka maafkan dalam diri orang lain. Akan sangat penting bagi kita anak-anak-Nya untuk senantiasa rendah hati dan menikmati damai sejahtera bersama dengan kasih Tuhan. Allah tinggal bersama mereka yang rendah hati. Hadirat Tuhan ditolak oleh hati yang keras, tetapi kekerasan tidak dimiliki oleh orang yang rendah hati. Allah menolak orang yang sombong, karena kesombongan juga menolak-Nya. Allah tidak akan berjalan dengan orang yang sombong. Ia berjalan bersama dengan orang yang rendah hati karena Iasendiripun rendah hati. Dalam hati yang lembut Allah berjalan bersama orang yang rendah hati karena Ia sendiri pun rendah hati. Dalam hati yang lembut Allah menuliskan hukum-hukum-Nya, tetapi Allah tidak dapat bekerja di hati yang keras. Hati yang keras itu tidak peka dan tidak mampu mendengar suara Roh yang lembut. Allah membimbing orang-orang yang lembut hati.

Salam mujizat…

Tuhan Yesus memberkati kita semua….Amien

Gembala Sidang,

Pdt. Ir. Joko Susanto, MA